Kemenkeu Sumsel: Volatilitas Rupiah Tetap Terjaga

Oleh : Hasbi Jusuma Leo*
Nilai tukar Rupiah mengalami peningkatan tekanan sejalan dengan mata uang regional lainnya. Meski demikian, volatilitasnya tetap terjaga dan lebih rendah dibandingkan negara lain.
Hal ini terungkap dalam konferensi pers APNB KiTa (kinerja dan fakta) Sumatera Selatan yang diadakan forum ALCo (Asset and Liabillites Committee) Regional Sumatera Selatan di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung, di Jalan Tasik, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan pada hari Jumat, 29/7/2022.
Forum ALCo (Asset and Liabillites Committee) Sumatera Selatan yang beranggota seluruh Kantor Wilayah Kementerian Keuangan di Sumatera Selatan merilis kinerja dan fakta (KiTa) APBN periode Mei 2022 pada 28/6/2022. Rilis ini mengungkap kinerja APBN Sumatera Selatan, dari sisi pendapatan, pengeluaran dan isu strategis sampai dengan 31 Mei 2022.
Tekanan yang dialami rupiah ini terjadi seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif diberbagai negara. Pengetatan kebijakan moneter ini adalah bentuk respons atas peningkatan tekanan inflasi serta kekhawatiran berbagai negara tersebut atas perlambatan ekonomi global.
Di tingkat regional, Sumatera Selatan sendiri memiliki empat negara mitra utama dalam perdagangan internasional. Keempat negara itu adalah Tiongkok, Thailand, Malaysia dan Jepang.
Rata-rata nilai ekspor Sumatera Selatan ke Tiongkok dalam kurun waktu 2017-2021 adalah sebesar USD1.465 juta dengan nilai impor USD333 juta. Dengan Thailand, nilai ekspor Sumatera Selatan sebesar USD94 juta. Sementara nilai impor dari Negeri Gajah Perang itu sebesar USD10 juta.
Lalu dengan Malaysia, Sumatera Selatan mengekspor komoditi dengan nilai USD188 juta. Dan nilai impor dari Negeri Jiran itu sebesar USD42 juta. Dengan Jepang, Sumatera Selatan mengekspor komoditi dengan nilai USD257. Sedangkan nilai impornya sebesar USD14 juta.
Pada bulan Juni 2022 ini neraca perdagangan Sumatera Selatan mencatatkan surplus. Besarannya secara akumulasi sampai dengan bulan Juni 2022 ini tercatat sebesar USD2.802,38 miliar. Surplus perdagangan ini didorong tumbuhnya ekspor non migas yang tumbuh positif 49,03% (yoy).
Komoditas ekspor Sumatera Selatan sebagian besar berupa bahan baku dan bahan penolong seperti batu bara, bahan baku karet, dan pulp. Bagian komoditas jenis ini persentasenya mencapai 93,59% dari seluruh total komoditas. Bagian dari jenis komoditas lainnya terdiri dari barang konsumsi dengan bagian 6,4%, dan barang modal 0,01%.
Adapun dari sektor usaha, yang terbesar berasal dari sektor industri pengelohan. Persentase ekspor dari sektor usaha ini mencapai 55,89% dari keseluruhan ekspor. Disusul sektor pertambangan 30,56%, dan sektor perdagangan 13,13%.
Komoditas impor Sumatera Selatan sebagian besar berasal dari bahan baku dan penolong. Terdiri pupuk, minyak mentah dan turunannya. Bagian dari komoditas ini sebanyak 73,48% dari keseluruhan total impor di Sumatera Selatan. Komoditas lainnya adalah barang modal sebesar 25,49%. Dengan mata dagangannya berupa mesin, reaktor, turbin, dan generator. Sisanya 1,08% berupa impor barang konsumsi.
Sementara dari sektor usaha, sektor industri pengolahan melakukan impor terbesar. Yakni dengan persentase sebesar 48,77% dari semua impor yang dilakukan. Disusul sektor listrik, gas, uap, air dan udara 31,35%. Sektor perdagangan 17,51%. Dan sektor konstruksi, transportasi, dan pertambangan 1,99%.
Untungnya, Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan mengungkap, perdagangan dengan negara mitra utama tadi sudah menggunakan sistem Local Currency Settlement.
LCS sendiri merupakan penyelesaian transaksi yang dilakukan secara bilateral oleh pelaku usaha di Indonesia dan negara mitra dengan menggunakan mata uang masing-maging negara melalui bank mitra (appointed cross currency dealer/ACCD) tanpa melalui USD. Sehingga penggunaan LCS ini dalam perdagangan dengan negara-negara mitra utama tadi dapat mengurangi ketergantungan terhadap USD dalam kegiatan ekspor-impor.
Dengan demikian, semoga surplus perdagangan dan penggunaan LCS dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Sehingga prospek perekonomian Indonesia dan Sumatera Selatan ditengah perlambatan ekonomi global sekarang ini, tetap positif.
Penulis : Analis Perbendaharaan Negara
Pada Kanwil DJPb Sumatera Selatan