Uncategorized

FGD Peningkatan Akses Pasar,Produk Utama dan Produk Samping Berbasis Kelompok Tani

Palembang,The8news.com

FGD Peningkatan akses pasar serta pengembangan produk utama dan produk samping kepala berbasis kelompok tani yang di gelar di Ballroom Hotel Santika Radial Palembang, Selasa – Kamis (10-12/11/2020)

Selaras dengan program Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, tentang akselerasi ekspor komoditas pertanian. Melalui Direktorat Jenderal Perkebunan telah mengimplementasikan Gerakan Peningkatan Produksi dan Daya Saing (grasida) untuk komoditas pertanian

Acara Forum Group Diskusi yang diadakan oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementan RI mengajak para pelaku usaha komoditas kelapa untuk bersama sama meningkatkan hasil produksi dan akses pasar serta mengembangkan produk sampingan dari kelapa.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementan RI, Ir. Dedi Junaedi, M.Sc menjelaskan dengan adanya kegiatan FGD ini menjadi akses pasar karna dengan dihadiri antara pelaku hulu hilir dari hasil perkebunan kelapa.

“Ada semangat yang sama bagaimana mendorong untuk produk kelapa ini di kembangkan lagi lebih lanjut,” Katanya

Dedi Junaedi menjelaskan lagi bahwa pemilihan Sumatera Selatan sebagai wilayah yang diadakan FGD sebagai regional Sumatera dibandingkan daerah lain. Kementan melihat bahwa akses pasar dari komoditi kelapa dan di topang dengan infrastruktur daerah yang lebih memadai, juga dirinya menerangkan kualitas kelapa yang dihasilkan dari Sumsel lebih baik dari daerah lain.

“Pertama akses pasar dan infrastruktur saya kira itu sangat penting, dan juga Palembang dekat dengan Lampung yang sudah tersambung jalur tol, dan disini juga ada beberapa pelaku usaha yang sudah kami kenal juga, saya kira itu yang menjadi pertimbangan kami pada saat kami menetapkan Palembang, dan ini masih ada penilaian penilaian lainya”. Bebernya

Menanggapi kegiatan FGD dari Kementan, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Ir. Farurrozi menurutnya kegiatan seperti ini sangat bagus, dengan mempertemukan seluruh pelaku industri di komoditas kelapa dari hulu hingga hilir yang diharapkan ada solusi yang dihasilkan dari kegiatan FGD ini.

“Menurut saya ini sangat bagus, seperti yang kita ketahui perkebunan kelapa di Sumsel ini luasnya mencapai 65 ribu hektar lebih, terkait dengan permasalahan yang ada baik dari petani, pengusaha perlu kita cari kan solusi. Dengan FGD ini yang mempertemukan petani, pengusaha kelapa, dan instansi pemerintah, disini kita membicarakan persoalan-persoalan yang ada dan apa yang dibutuhkan masyarakat.” Jelasnya.

Selain itu Farurrozi juga menjelaskan terkait kontribusi yang diberikan kepada petani kelapa yang saat ini Disbun Provinsi Sumsel tengah lakukan peremajaan atau replanting dari pohon kelapa dan juga melakukan rehabilitasi terhadap kebun-kebun yang dirasa sudah rusak walaupun masih terbilang minim.

“Harus kita akui yang di fasilitasi pemerintah itu masih sangat sedikit namun bila kita melihat potensi yang ada dari 60 ribu hektar dengan usia produktifnya 30 tahun jadi kalau kita hitung satu tahun kita perlu meremajakan 2 ribu hektar, itu kalau kita mempertahankan produksi belum kalau kita ingin memperluas lahan.” Katanya

Sementara itu peran pemerintah dalam industri hilir kelapa menjelaskan akan tetap terus menjaga ekspor kelapa bulat, juga mendorong pengembangan produk turunan dari kelapa tersebut.

“Jadi untuk sekarang ini, ekspor yang terbesar di Sumsel adalah berupa kelapa bulatnya, ini terus akan kita pelihara disamping itu juga kita mengembangkan dibidang lain, di industri atau lahannya supaya hasil dari kelapa ini semuanya bernilai.” Bebernya

Muhammad Asri Lambo, SH selaku Wakil Ketua Perhimpunan Petani Kelapa Indonesia (Perpekindo) mengapresiasi upaya pemerintah dalam mengembangkan perekonomian disektor pertanian khusunya komoditas kelapa.

“Kami mengapresiasi upaya Kementan untuk merumuskan, untuk terus memprogramkan soal perkelapaan. Hari ini juga kelapa ditingkatan petani harganya itu baik, jadi kami mengapresiasi juga pemerintah melalui Kementan dalam menjaga kestabilan harga,” terangnya.

Selain itu Asri sapaan akrabnya juga menjelaskan permasalahan yang terjadi di petani kelapa yang menurutnya sangat bergantung dengan harga ekspor kelapa.

“Terkait FGD hari ini kita lihat itu lebih banyak ke pengolahannya, memang kita khususnya di Sumsel ini lebih banyak di ekspor kelapa bulat, yang artinya kelapa Sumsel ini sangat bergantung pada eksportir kelapa bulat dan inilah yang menjadi ukuran naik turunnya kelapa,” ungkapnya.

Terakhir Asri berharap ada opsi yang dapat diberikan kepada petani agar tidak bergantung pada ekspor kelapa bulat saja melainkan produksi pengolahan.

“Kita berharap kedepan muncul usaha-usaha produksi pengolahan kelapa, akan ada nilai tambah ketika dijual keluar dan ini harus benar-benar dipertimbangkan hingga jangan sampai kita merugikan petani artinya ketika industri atau usaha dibuat di Sumsel bisa menampung kelapa dari petani.” Pungkasnya (Niken)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button