Yulia : Secara Psikis, Mereka Dididik dengan Seni Sastra !

PALEMBANG, the8news.com | Meski dalam lomba seni baca puisi harus ada menang atau kalah, tapi untuk membangun psikologi anak didik berkebutuhan khusus, pendidik dari YPAC lebih mengutamakan pembinaan kasih dan sayang untuk siswa mereka.
Terkait masalah itu, Ketua Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Palembang Dra Ny Yulia Helmi, mengatakan para peserta didik berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian mendalam dari para pendidik mereka.
“Karena itu dalam lomba baca puisi ini, para juri yang kita percaya tidak menetapkan nilai seperti yang mereka berlakukan kepada pembaca puisi awam,” ujar Yulia Helmi saat diwawancarai media ini, di arena lomba gedung YPAC Palembang, Kamis, 16 Oktober 2025.
Pada _Pesta Apresiasi Sastra Peserta Didik Sumatera Selatan 2025_ yang digelar Koalisi Masyarakat Puisi dan YPAC Palembang, anak-anak berkebutuhan khusus tampil unik dan menarik perhatian pengunjung.
“Memang, anak-anak ini tampil dengan segala kekurangannya, namun justru penampilan mereka terlihat unik, sehingga sangat menarik untuk diperhatikan,” ujar Yulia tersenyum.
Sebagai Ketua YPAC Palembang Yulia Helmi, menyatakan bahwa pihak tetap memberikan arahan sesuai estetika yang diberlakukan dalam lomba baca puisi itu.
Sebab, selain diberikan pendidikan sesuai esensi mendasar bagi mereka, namun peserta didik berkebutuhan khusus yang dibina YPAC itu tetap diajari nilai-nilai seni sastra sesuai landasan dasarnya.
Namun paling tidak, kata Yulia, antara pendidikan khusus bagi pengembangan fisik yang berbeda dibanding peserta didik umumnya, mereka juga berhak penuh untuk memahami dunia seni, terutama seni sastra.
Sementara itu, Ketua Koalisi Masyarakat Puisi –Anwar Putra Bayu–, mengatakan bahwa lomba baca puisi ini sengaja diberlakukan bagi siswa berkebutuhan khusus agar pengembangan psikologi seninya sebagai anak bangsa dapat terpenuhi.
Menurur Anwar Putra Bayu yang akrab disebut APB tersebut, bakat seni anak-anak berkebutuhan khusus itu sangat baik.
“Meski dalam keterbatasan yang ada, tapi pengelolaan jiwa untuk memadukan sikap dan seninya sangat baik. Karena itu kami akan terus memberikan pembinaan secara berkala,” ujar APB, tersenyum.
Menurut dia, dalam seni membaca puisi itu ada unsur pemahaman isi, daya ucap atau artikulasi, serta ekspresi. “Jika mereka mampu memahami isi puisi dalam kaitan interpretasi, maka akan terlihat bentuk ekspresinya. Kalau hal ini sudah bisa mereka pahami, maka inilah yang membuat mereka mendapat nilai tertinggi,” ujar APB.
APB berharap agar yang tahun ini belum berkesempatan memperoleh juara, semoga tahun depan mereka akan tampil sebagai pembaca puisi terbaik. (*)
Laporan Anto Narasoma